JAKARTA – Kekurangan tenaga ahli teknik atau insinyur
di Tanah Air ternyata diakui oleh Rektor Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya. Sebagai salah satu kampus yang mencetak para
insinyur, dia merasa prihatin dengan kondisi tersebut.
“Tenaga insinyur di Indonesia masih relatif sedikit untuk memenuhi kebutuhan industri teknologi Indonesia. Sementara kebutuhan terhadap teknologi industri setiap tahunnya meningkat. Kini, di Indonesia tenaga insinyur hanya 15 persen sedangkan kebutuhan tenaganya adalah 35 persen,” ujar Triyogi kepada Okezone, selepas acara Ikatan Alumni (IKA) ITS di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat 23 Novemer kemarin.
Dia menyebutkan, salah satu faktor yang menyebabkan krisis insinyur di Indonesia adalah banyak insinyur yang bekerja bukan di bidang teknik. Hal ini mengurangi tenaga ahli tehnik ini.
“Sumber daya manusia yang mengelola negeri ini lebih memilih tenaga kerja asing. Selain karena menggunakan mesin serba Eropa, mereka menganggap orang asing lebih ahli,” tuturnya.
Minimnya penghargaan kepada para insinyur Tanah Air, membuat mereka memilih hengkang ke luar negeri. Pasalnya, di luar negeri mereka mendapat penghargaan yang lebih baik, termasuk pendapatan yang lebih besar berkali lipat dibandingkan di Indonesia.
“Dengan membangkitkan lagi perndustrian di dalam negeri, ini akan membangkitkan para generasi muda untuk minat menjadi insinyur. Kata kuncinya adalah cintai produk dalam negeri, cintai industri dalam negeri,” imbuh Triyogi.
No comments:
Post a Comment